[1] Apa yang dimaksud tauhid?
Jawab: Tauhid adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-kekhususan-Nya.
[2] Apa yang dimaksud kekhususan-kekhususan Allah itu?
Jawab: Kekhususan Allah bisa dibagi menjadi tiga bagian pokok; yaitu rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat.
[3] Apa yang dimaksud rububiyah?
Jawab: Rububiyah adalah hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan, pengaturan, dan penguasaan alam semesta. Allah adalah Rabbul ‘alamin, artinya pencipta, pengatur dan penguasa alam semesta.
[4] Apa yang dimaksud uluhiyah?
Jawab: Uluhiyah adalah hal-hal yang berkaitan dengan sifat ketuhanan atau peribadatan. Allah adalah ilaahin naas, artinya tuhan/sesembahan manusia. Oleh sebab itu ibadah hanya boleh ditujukan kepada-Nya semata.
[5] Apa yang dimaksud asma’ wa shifat?
Jawab: Asma’ wa shifat artinya nama-nama dan sifat-sifat Allah. Allah memiliki nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat yang maha mulia. Nama-nama Allah itu biasa dikenal dengan istilah asma’ul husna.
[6] Jadi, tauhid ada tiga macam?
Jawab: Benar, tauhid terbagi tiga; tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma’ wa shifat. Diantara ketiga hal itu yang paling utama adalah tauhid uluhiyah.
[7] Mengapa tauhid uluhiyah yang paling utama?
Jawab: Karena tauhid uluhiyah inilah yang terkandung dalam kalimat laa ilaha illallah. Tauhid uluhiyah ini pula yang menjadi tujuan diciptakannya jin dan manusia. Tauhid uluhyah pula yang menjadi misi utama dakwah para rasul dan muatan pokok kitab-kitab suci.
[8] Bagaimana dengan tauhid rububiyah?
Jawab: Tauhid rububiyah adalah suatu perkara yang secara fitrah telah diakui oleh manusia dan dibenarkan oleh akal sehat mereka. Oleh sebab itu hampir tidak didapati seorang pun manusia yang mengingkari tauhid ini kecuali karena sombong. Selain itu, tauhid rububiyah belum bisa memasukkan manusia ke dalam Islam.
[9] Apakah tauhid uluhiyah ditentang oleh manusia?
Jawab: Secara fitrah sesungguhnya akal sehat dan nurani manusia menuntut untuk menghamba kepada Allah saja. Akan tetapi setan menjerumuskan mereka ke dalam berbagai penyimpangan, dan yang terbesar adalah kesyirikan kepada Allah.
Oleh sebab itu para rasul mendapatkan penentangan dari kaumnya. Karena para rasul itu mengajak mereka kepada tauhid uluhiyah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul -yang mengajak-; Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)
[10] Apa yang dimaksud dengan thaghut?
Jawab: Thaghut, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Malik rahimahullah, adalah segala sesembahan selain Allah. Diantara bentuk sesembahan itu -sebagaimana dikatakan oleh ‘Umar radhiyallahu’anhu– adalah setan. Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu juga menjelaskan bahwa salah satu bentuk thaghut adalah dukun-dukun.
[11] Mengapa manusia tidak boleh berbuat syirik?
Jawab: Syirik adalah dosa besar yang paling besar. Syirik menyebabkan pelakunya -bila meninggal dan tidak bertaubat- kekal di dalam neraka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka.” (QS. Al-Ma’idah: 72)
[12] Apa pengertian syirik?
Jawab: Syirik adalah mempersekutukan selain Allah dengan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-Nya. Misalnya syirik dalam hal ibadah, yaitu dengan menyembelih untuk dipersembahkan kepada selain Allah; jin dan lain sebagainya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (QS. An-Nisaa’: 36)
[13] Apa yang dimaksud dengan ibadah?
Jawab: Ibadah adalah perendahan diri dan ketundukan kepada Allah dengan dilandasi kecintaan dan pengagungan kepada-Nya. Ibadah meliputi segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah, berupa ucapan maupun perbuatan, yang tampak maupun yang tersembunyi. Ibadah harus dimurnikan untuk Allah.
[14] Apa syarat diterimanya ibadah?
Jawab: Ibadah akan diterima di sisi Allah, apabila dilandasi dengan keimanan, keikhlasan, dan sesuai dengan tuntunan. Selain itu, ibadah itu juga tidak terbatalkan oleh adanya pembatal pahala atau penghapus amalan.
[15] Mengapa ibadah harus ikhlas?
Jawab: Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan ikhlas memurnikan agama [amal] untuk-Nya…” (QS. Al-Bayyinah: 5). Ibadah yang tidak ikhlas akan sia-sia.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kami hadapkan segala apa yang mereka amalkan kemudian Kami jadikan ia bagaikan debu yang beterbangan.” (QS. Al-Furqan: 23)
[16] Mengapa ibadah harus sesuai tuntunan?
Jawab: Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka ia pasti tertolak.” (HR. Muslim). Amalan yang tidak sesuai tuntunan tertolak.
[17] Apa yang dimaksud dengan iman?